Sungguh tidak mudah tinggal di kota besar yang kacau, semrawut, dan tidak manusiawi. Kota dimana kita harus berebut udara yang pliket dan bau minyak tanah. Uang, harta, dan kekuasaan dijadikan tuhan, juga sebaliknya, Tuhan dijadikan harta dan kekuasaan. Kriminalitas adalah arisan. Kota penuh dengan mata-mata nanar yang tak bisa dibedakan, apakah pembunuh berdarah dingin atau orang-orang saleh. Di kota ini, rasa malu dan gotong royong adalah nilai purbakala. Tidak ada lagi kesantunan dan kebesaran hati terlihat di kota yang menjulang ini.

Tidak mudah menyuarakan hati nurani di kota ini. Mereka selalu terpojok di sudut-sudut kota, terdiam dalam hati. Tapi saya yakin masih banyak yang mempunyai hati nurani. Sebelum jiwa saya terganggu karena menjadi penduduk kota ini, saya menulis jurnal ini. Jurnal ini bukan mengenai benar atau salah. Bukan tentang uang atau kuasa. Ini adalah sekedar catatan, dimana seorang warga kota berusaha tetap waras. Ini adalah catatan yang terpojok di pinggiran kota. Anda boleh berbeda pendapat dengan saya, saya berterima kasih. Mari kita syukuri perbedaan di antara kita.

Monday, March 7, 2011

Myxomatosis

Pada tahun 1952, Prof. Armand-Delille kesal melihat kelinci-kelinci liar berkembang biak di rumahnya, Chateau Maillebois, yang seluas 3 km² di pedalaman Perancis yang asri. Pensiunan ilmuwan dan mikrobiolog itu ingin istananya bebas dari kelinci liar yang memakan tanaman hiasnya dan membuat lubang-lubang di bawah pohon.

Dia menangkap dua ekor kelinci dan menyuntikkannya dengan virus Myxomatosis, kemudian melepaskannya lagi. Virus ini adalah hasil mutasi yang didapat dari Australia dan belum pernah dikenal di Perancis sebelumnya. Tak lama kemudian, virus ini menyebar, terutama lewat kutu, ke populasi kelinci liar yang ada di istana Prof. Armand-Delille.

Dua Minggu kemudian, 2 ekor kelinci malang itu mati. 6 minggu kemudian, 98% populasi kelinci yang tinggal di pekarangan istana Armand-Delille tertular virus itu dan mati. Bangkai kelinci berserakan di halaman rumah itu. Sepertinya sang profesor sudah menyelesaikan masalahnya. Istananya sudah bebas dari kelinci liar.

Ternyata belum selesai sampai di situ. Dalam 4 bulan, virus itu sudah menyebar ke radius 50 km di sekitarnya. Bangkai-bangkai kelinci yang malang berserakan di hutan, halaman rumah penduduk, dan di jalanan. Pemandangan yang mengerikan. Dalam waktu 2 tahun, 98% dari populasi kelinci di Perancis musnah karena ulah Armand-Delille.

Wabah kelinci ini menyebar ke seluruh Eropa tak lama setelahnya. Di manapun di bagian Eropa saat itu, dengan mudah ditemukan bangkai kelinci. Entah bagaimana caranya, myxomatosis menyeberang ke Inggris tahun 1953. Dua tahun setelahnya, 95% populasi kelinci di Inggris mati.

Kematian mendadak mayoritas kelinci di Eropa ini ternyata memicu kepunahan spesies lain. Lynx, kucing besar dari Spanyol langsung saat itu juga memasuki ambang kepunahan. Makanan Lynx 90% adalah kelinci, mereka mati kelaparan karena kelinci menghilang.

Seketika itu keseimbangan ekologi berubah drastis atas campur tangan seorang manusia. Myxomatosis dianggap banyak kalangan sebagai senjata biologis generasi pertama. Memang tidak menyerang manusia lain, tapi membuka inspirasi bagi pihak berperang untuk menciptakan senjata pemusnah massal yang menggunakan media virus. Prof. Armand-Delille sendiri akhirnya terbukti bersalah akan keteledorannya di depan pengadilan dan dihukum beberapa ribu francs. Tapi setahun kemudian dia dipuji atas tindakannya oleh banyak pihak dan diberi penghargaan.

Mengapa manusia membenci kelinci sedemikian rupa? Kelinci tidak pernah memusuhi manusia. Kelinci tidak pernah terpikir untuk menghapuskan seluruh spesies manusia di dunia ini. Mengapa manusia menjadi penentu mana spesies yang boleh hidup dan mana yang harus dihapuskan? Apa karena manusia memiliki akal budi yang luhur, makhluk yang lebih baik dari binatang?

Tuhan menciptakan spesies manusia dengan pikiran dan akal budi karena manusia adalah ciptaan yang paling dicintai-Nya. Manusia adalah penguasa bumi, berkah dari langit kepada seluruh penghuni bumi. Akan tetapi sekarang ini manusia menjadi musibah terbesar bagi sebagian besar spesies di bumi. Manusia adalah predator terbesar hampir semua jenis binatang. Tidak hanya hewan ternak, kita membantai ikan paus ke ujung dunia hanya untuk memuaskan nafsu makan kita di restoran. Kita tidak cukup hanya memakan telur ayam, kita memburu penyu untuk dimakan dagingnya, diambil lemaknya, dijual tempurungnya, juga dimakan telurnya, memberi hanya 0,01% peluang pada semua bayi penyu untuk tetap hidup.

Kita adalah pembunuh badak paling berbahaya. Kita lebih sadis dari buaya, kita menguliti buaya dan menjadikannya sepatu dan tas. Kita menumpahkan minyak di laut dan membuang limbah di sungai-sungai tempat hidup banyak ekosistem.

Manusia tidak hanya membunuh hewan lain seperti singa atau beruang. Manusia juga saling membunuh sesama. Tidak ada spesies lain yang bisa membunuh sesamanya hanya karena harta, agama, kekuasaan, ras, atau cinta. Hanya manusia, spesies yang punya rasa benci. Hanya manusia yang berakal budi, yang bisa menyekap puluhan manusia yang lain kemudian dibunuh dengan gas. Hanya manusia yang berakal budi yang bisa melakukan pembersihan ras dan etnis. Hanya manusia yang berakal budi, yang tega menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima.

Hanya manusia yang berakal budi. Bukan kelinci. Ya Tuhan, ampunilah segala dosa kami.

1 comment:

  1. Play Slots Online - DrmCD
    The number one resource for finding and winning money 동해 출장마사지 online has 동두천 출장샵 been the internet. The best casino games for players that want to play 전라북도 출장샵 for real money and 울산광역 출장마사지 win 당진 출장샵 real money.

    ReplyDelete